Friday, December 28, 2007

Stroke (Cerebrovascular Accident)

Harus diakui bahwa dahulu, stroke sering menimpa para usia lanjut. Namun kini, yang berusia mudapun tidak luput dari serangannya. Umumnya serangan datang secara tiba-tiba, sehingga dinamakan dengan ‘stroke’ yang kurang lebih memiliki arti pukulan telak dan mendadak, meskipun gejala-gejala stroke timbul sebelum serangan itu terjadi.

Mengingat stroke dapat berakibat fatal, atau bahkan dapat ‘membatasi’ si penderita selama bertahun-tahun sebagai orang cacat, sebaiknya Anda mulai mengenalinya.

Apakah Stroke itu?

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident).

Orang awam cenderung menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter justru menyebutnya sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah jantung (kardiovaskular) yang bermasalah, penyakit jantung, atau keduanya, secara bersamaan.

Bagaimana timbulnya?

Sel-sel darah merah tidak dapat sampai ke jaringan otak ketika pembuluh darah otak menjadi tersumbat (ischemic stroke) atau pecah (hemorrhagic stroke). Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi).

Ada beberapa tipe stroke yaitu:

Thrombotic Stroke

-terjadi bila ada bekuan darah (thrombus) yang terbentuk di dalam arteri dan menghambat aliran darah ke otak.

Embolic Stroke

-terjadi bila ada sebuah bekuan darah atau sebagian dari plaque, yang terbentuk dalam pembuluh darah lain di tubuh, kemudian terpecah dan mengalir ke pembuluh darah otak. Pecahan ini yang akhirnya menyumbat sebuah arteri di dalam otak.

Lacunar Stroke

-disebabkan adanya blokade atau sumbatan pada beberapa pembuluh darah kecil di dalam otak.

Cerebral Hemorrhage

-terjadi bila arteri di otak pecah yang menyebabkan sel darah keluar dari pembuluh darah. Stroke jenis ini tidak ditandai dengan gejala awal (terjadi secara tiba-tiba). Biasanya terjadi akibat dari tekanan darah yang tinggi. Dapat juga terjadi karena adanya kelainan bawaan pada pembuluh darah.

Di bawah ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya stroke:

-Tekanan darah tinggi (hipertensi)

-Diabetes mellitus

-Kadar kolesterol tinggi

-Merokok

-Kelebihan berat badan

-Riwayat stroke dalam keluarga

-Penyakit pada katup jantung atau otot jantung yang disebut endocarditis

-Mengerasnya pembuluh arteri (aterosklerosis, atau penumpukan kolesterol pada dinding arteri)

-Ketidaknormalan irama jantung seperti atrial fibrillation

Faktor resiko baru

Selain faktor resiko klasik seperti tersebut diatas, ada juga faktor resiko baru yaitu perubahan endogen. Tingginya tingkat infeksi di Indonesia menyebabkan perubahan jaringan dalam tubuh yang bisa mendorong timbulnya stroke.

Bagaimana gejalanya?

Gejala stroke bervariasi tergantung dari bagian otak yang terserang serta seberapa luas kerusakannya, antara lain:

~Sakit kepala yang hebat tanpa sebab yang jelas

~Merasa lemas, mati rasa (baal), atau kesemutan pada wajah, lengan, ataupun tungkai, terutama pada satu sisi tubuh saja, kiri atau kanan

~Kesulitan berjalan, pusing, serta hilang keseimbangan dan koordinasi gerak

~Kesulitan atau ketidakmampuan berbicara atau mengerti sesuatu

~Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur di salah satu atau kedua mata

~Perubahan kepribadian atau terjadi kebingungan

~Kesulitan menggerakkan otot seperti mengunyah, menggerakkan tangan ataupun kaki

~Tidak bisa mengontrol buang air besar dan buang air kecil

~Hilang kesadaran (pingsan)

Gejala awal sebelum terjadi stroke yang sebenarnya disebut sebagai Transient Ischemic Attack (TIA). TIA terjadi bila suplai darah ke otak berkurang untuk waktu singkat yang hanya menyebabkan kerusakan sementara. TIA kadang sering disebut ministroke karena gejalanya sama dengan stroke tetapi gejala hilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.

Segera hubungi sarana kesehatan terdekat bila melihat atau mengalami gejala-gejala tersebut. Penanganan yang lebih dini akan lebih efektif. Karena setiap detik sangat berharga.

Banyak kondisi-kondisi lain yang menyerupai stroke, misalnya serangan jantung, kerusakan otak karena benturan di kepala serta epilepsi harus dibedakan.

Bagaimana mendiagnosa stroke?

Dokter akan menanyakan gejala-gejala yang dirasakan serta melakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosa stroke.

Selain itu diperlukan pemeriksaan tambahan seperti:

~Tes laboratorium darah untuk mendeteksi adanya masalah lain yang menghambat proses pemulihan seperti penyakit ginjal, penyakit hati, diabetes, infeksi atau dehidrasi

~EKG (Elektrokardiogram) untuk mengetahui apakah jantung masih bekerja dengan baik

~Rontgen dada

~Scan otak (CT-sacan atau MRI) untuk mengidentifikasi stroke dan menentukan penyebabnya apakah karena penyumbatan pembuluh darah atau karena ada perdarahan di otak

Bagaimana penanganannya?

Sangat penting untuk segera membawa penderita ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan. Banyak rumah sakit besar memberikan penanganan berupa obat-obatan yang dapat memecah sumbatan pada pembuluh darah. Obat-obatan tersebut dapat menghentikan gejala dengan cukup cepat. Penanganan sebaiknya diberikan dalam 60 menit pertama setelah serangan stroke terjadi. Waktu ini disebut dengan golden period. Jika dalam kurun waktu itu penderita mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat, maka ia akan terhindar dari kematian, komplikasi, atau kecacatan. Setelah pemberian obat-obatan, perawatan difokuskan pada rehabilitasi dan pencegahan terulangnya stroke.

Semua jenis stroke memerlukan observasi yang cermat, terutama pada 24 jam pertama. Penanganan lainnya dapat disesuaikan dengan penyebab terjadinya serangan stroke seperti misalnya penanganan terhadap hipertensinya.

Penanganan selanjutnya tergantung dari berat ringannya akibat dari serangan stroke tersebut. Apabila ada kelumpuhan dibagian tubuh lain perlu dilakukan terapi khusus misalnya fisioterapi, terapi okupasi, serta terapi wicara.

Fisioterapi dapat membantu memulihkan kekuatan otot-otot serta mengajarkan bagaimana bergerak yang aman dan nyaman dengan keterbatasan gerak akibat kelemahan otot.

Terapi okupasi membantu penderita untuk dapat makan, minum dan berpakaian sendiri.

Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara maupun mengerti kembali kata-kata.

Berapa lama dapat kembali seperti sediakala?

Tergantung dari luasnya kerusakan bagian otak yang terkena. Pemulihan bisa terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah serangan stroke. Pada kasus lain bisa saja pemulihan terjadi lebih lama dan bertahap. Apabila pemulihan tidak terjadi dalam 1-2 minggu setelah serangan, bisanya kelumpuhan otot dan ketidakmampuan bicara lebih sulit untuk pulih kembali.

Apa saja yang harus dilakukan penderita stroke?

Bicarakan dengan dokter apa saja yang menjadi penyebab terjadinya stroke, taati apa yang menjadi pantangan dan apa yang harus dilakukan. Saran dokter biasanya menyangkut masalah perubahan pola makan, olahraga, serta program untuk penanganan psikologis pasien maupun keluarganya seperti berbagi rasa, terapi wisata dan sebagainya.

Bagaimana mencegah terjadinya stroke?

>Bila memiliki hipertensi harus terkontrol baik dengan obat-obatan maupun pemeriksaan berkala

>Berhenti merokok

>Mengurangi makanan berlemak sehingga mengurang resiko tertumpuknya lemak dalam pembuluh darah

>Berolahraga teratur sesuai dengan kondisi kesehatan

>Usahakan berat badan tetap ideal.

Merokok dan Stroke

Merokok merupakan faktor resiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah. Merokok adalah penyebab nyata kejadian storke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Namun, resiko stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok.

Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis (mengerasnya pembuluh darah).

Pada pasien perokok, kerusakan yang diakibatkan stroke lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada sistim pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua.

PERTOLONGAN DARURAT STROKE

Stroke merupakan keadaan darurat medis. Bila Anda atau siapapun yang dekat dengan Anda mulai terlihat mengalami gejala-gejala stroke, sebaiknya bawa segera ke rumah sakit daripada menunggu serangan yang sebenarnya.

Sementara menunggu dokter atau ambulans, lakukan pertolongan pertama untuk keadaan darurat ini, dengan urutan sebgai berikut:

1. Jika orang itu sadar, tenangkan dia. Baringkan dengan hati-hati, taruh bantal di bawah kepalanya dan selimuti.

2. Jika orang itu tidak sadar, periksalah pernapasannya. Bila masih bernapas, miringkanlah badannya dan biarkan kepalanya di atas lantai. Selimuti dia. Tunggu datangnya dokter atau para medis untuk melakukan tindakan penyelamatan lebih lanjut.

3. Jika pernapasannya berhenti-kalau Anda ahli-segera berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut (resusitasi). Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernapas kembali. Ingat bahwa bila pernapasan terhenti dalam 2-3 menit akan terjadi kerusakan otak, dan bila sampai 4-6 menit akan terjadi kematian.

Bila penderita tersebut sebelumnya terjatuh, periksa apakah terjadi perdarahan hebat. Hentikan perdarahan dengan melakukan penekanan selama 5 menit di atas lukanya.

No comments: